ANTARA - Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus, Jawa Tengah, membantah kasus bayi tertukar di rumah sakit itu menyusul informasi yang berkembang berubahnya bayi berjenis kelamin perempuan dari hasil identifikasi sebelumnya yang laki-laki.

Bayi tersebut merupakan anak pasangan suami istri berasal dari Desa Jepang, Kecamatan Mejobo, Kudus.

"Prosedur yang diberlakukan di RS Mardi Rahayu terhadap setiap pasien yang melakukan persalinan cukup ketat. Salah satunya, setelah bayi lahir langsung mendapat gelang identitas yang berisi nama dan nomor rekam medis yang dipakai di pergelangan tangan bayi," kata Direktur Umum Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus, Pujianto, Senin.

Hal itu dikatakannya menanggapi isu bayi anak pasangan Gianto dan Sulapin tertukar saat lahir di RS Mardi Rahayu Kudus.

Orang tua bayi, katanya, mendapatkan gelang yang sama dengan identitas yang sama dengan bayinya itu, untuk memudahkan proses identifikasi maupun untuk mencegah terjadinya bayi tertukar.

Selain itu, lanjut dia, rumah sakit juga melakukan stempel kaki sebagai tambahan identitas bayi guna mencegah kemungkinan terjadinya pertukaran bayi.

Dengan prosedur yang diterapkan rumah sakit, katanya, kemungkinan terjadinya kasus bayi tertukar sangat kecil.

"Gelang identitas yang dipakai hanya bisa dilepas dengan cara dipotong," ujarnya.

Usai persalinan, katanya, bayi tersebut diperlihatkan kepada orang tuanya bahwa bayinya lahir berjenis kelamin laki-laki.

Setelah itu, lanjut dia, bayi mendapat perawatan di ruang khusus bayi dan terpisah dengan orang tuanya karena prosedur perawatan di RS Mardi Rahayu menganut sistem perawatan parsial.

"Artinya, pada waktu tertentu bayi akan diberikan kepada orang tuanya, terutama saat menyusui," ujarnya.

Hanya saja, kata dia, selama dirawat, orang tua bayi tidak pernah melihat jenis kelamin anak pertamanya itu.

"Jika mereka ingin mengetahui jenis kelaminnya, tentu akan ditunjukkan," ujarnya.

Ia menambahkan, pasien yang bernama Sulapin warga Desa Jepang, Kecamatan Mejobo, Kudus, merupakan pasien rujukan bidan dari desa setempat.

"Pasien tersebut mendaftar di rumah sakit untuk menjalani proses persalinan tanggal 26 April 2011, sekitar pukul 14.45 WIB," ujarnya.

Proses persalinan Sulapin, katanya, melalui bedah cesar dan bayi berhasil dikeluarkan sekitar pukul 21.50 WIB.

Saat proses persalinan, katanya, bersamaan dengan proses persalinan pasien lain yang juga melahirkan bayi berjenis kelamin laki-laki.

"Ruang persalinan kedua pasien tersebut berbeda dan dokter yang menanganinya juga berbeda," ujarnya menjelaskan.

Ia menambahkan, apabila terjadi pertukaran bayi, dimungkinkan orang lain yang memiliki bayi tertukar tentunya akan melakukan komplain.

Terkait dengan persoalan tersebut, katanya, RS Mardi Rahayu Kudus akan melakukan pembicaraan dengan orang tua bayi, menyusul jadwal kontrol akan dimulai Selasa (3/5) besok.

"Jika orang tua tidak keberatan, akan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut," ujarnya.

Sementara itu, Gianto yang merupakan orang tua bayi yang dikabarkan tertukar dengan bayi perempuan ketika ditemui di rumahnya enggan berkomentar terkait dengan kasus yang terjadi pada anaknya itu.

"Urusan anak, saya anggap selesai," ujarnya sambil masuk ke dalam rumahnya.

Berdasarkan informasi dari warga sekitar, orang tua bayi baru mengetahui jenis kelamin anaknya ternyata perempuan ketika dibawa pulang dari rumah sakit pada Jumat (29/4) lalu.

Orang pertama yang mengetahui anaknya berjenis kelamin perempuan justru tetangganya, ketika ingin mengetahui jenis kelamin anaknya yang dikatakan orang tuanya berjenis kelamin laki-laki.

Ternyata, setelah salah seorang tetangganya itu melihat secara langsung terkejut karena jenis kelaminnya perempuan.

Hal tersebut, juga membuat pasangan Gianto dan Sulapin terkejut dan sempat tidak mempercayai kenyataan tersebut.

Pewarta : Akhmad Nazaruddin
Penyunting : M Hari Atmoko 
 
{Apapun yang terjadi, ini semestinya menjadi pelajaran bagi kita sebagai tenaga medis/paramedis untuk lebih teliti lagi dalam bekerja. Bravo buat rekan2 di Rumah Sakit Mardi Rahayu... Jessus Bless You}