Jumat, 04 Maret 2011

Angella Kezia Diani in Memorial

Angella Kezia Diani in Memorial

 
by Ponco Hadiyuniyanto on Monday, 14 February 2011 at 11:53
<span>Senin 27 Oktober 2008 15:22</span>

<span>Didera Kanker Langka, "Dia Memelukku Erat Lalu Pergi Dalam Doa" (1)</span>

<!-- .article_label_col { width: 11em; }.article_content_col { width: 23em; } -->



Semula, pasangan Sri Edy Hernani (38) dan Z. Adi Walujo (42) begitu terpukul mendengar si buah hati, Angela Kezia Diani (8 ) menderita kanker ganas. Namun ketabahan Angel membuat mereka tegar.



Ditemui di kediamannya di Perumahan Murian Indah, Kudus, Jateng, Hernani tak lagi bersedih. Ia yakin putri tercintanya sudah mendapatkan tempat terbaik.

Henry Ismono



"Kepada ibuku yang tersayang. Aku sungguh berterima kasih karena mau membesarkanku sampai aku hidup. Bila aku mati, ibu jangan sedih, karena mati masuk surga."

Itulah surat yang ditulis anakku, Angelia Kezia Diani, dalam sakitnya. Surat itu sungguh menunjukkan ketegaran dan ketabahannya menghadapi kanker ganas yang bersarang di tubuhnya. Ia sama sekali tak cemas.

Setelah sembilan bulan mengidap kanker MPNST, jenis kanker yang menyerang dan menempeli organ-organ dalam tubuh, akhirnya Tuhan memanggil putriku, Jumat (16/10) lalu. Surat itu, oleh suamiku, dibacakan menjelang pemakaman. Seperti permintaan Angel, kami pun tak lagi sedih. Sebab seperti yang diyakininya, Angel sudah mendapatkan kamar terindah dari Tuhan.



Pergi Dalam Doa

Aku masih ingat betul, surat itu ditulisnya sepulang aku kerja. (Hernani bekerja sebagai manajer perawatan Rumah Sakit (RS) Mardi Rahayu, Kudus.) Ia memang menulis surat yang dimasukkan ke dalam amplop, satu untukku, satu lagi untuk sahabatnya. "Terima kasih, Kakak," begitu ujarku pada Angel saat menerima suratnya.

Ketika membaca suratnya, aku sempat nelangsa. Kutunjukkan surat itu pada suamiku. Ia minta aku menyimpannya dengan baik. Seakan tak terjadi apa-apa, aku pun meneruskan menemani Angel beraktivitas. Sore itu, ia asyik mewarnai.

Angel memang tak henti menguatkan hati kami. Beberapa kali ia bicara tentang kematian. Semasa dalam pengobatan, ia pernah berujar ke ayahnya, "Pak, bolehkah Kakak mengatakan sesuatu? Kakak ingin dimakamkan di dekat makam Kakek di Jepara." Permintaannya kami penuhi. Ia kami makamkan di sana.

Saat di rawat di RS, Angel juga sudah menyiapkan baju yang ingin dipakainya saat dimakamkan. Ia minta dibelikan gaun baru warna putih atau pink. Kami belikan juga dia bando dan anting. Anting itu langsung dipakai, sedang gaun baru warna pink itu kami simpan. "Bu, aku ingin memakai baju baru ini sepulang dari RS."

Ternyata Angel tak pulang ke rumah kami. Ia benar-benar pulang, tapi ke rumah Tuhan. Tiga hari sebelum meninggal, Angel sempat berujar pada ayahnya, "Bapak, aku ingin pulang bertemu Tuhan. (Bagi Adi, kesiapan Angel menerima panggilan Tuhan, dirasa sungguh luar biasa.)

Menjelang dipanggil Tuhan, putriku sama sekali tak tampak cemas. Di akhir hidupnya, ia pun tak mengalami koma. Sempat ia minta didudukkan, lalu memelukku erat sekali. Kami saling berpelukan.

Ternyata, itulah pelukan terakhir dari Angel. Lima menit sebelum mengembuskan napas terakhir, ia sempat memanggil nama Kezia, sahabatnya sejak TK sampai kelas 3 SD Masehi, Kudus. Setelah itu, seiring napasnya yang makin pelan, kuajak Angel berdoa. Dalam doa itulah, Angel kembali ke Sang Pencipta.



Kanker Langka

Sebelum divonis menderita kanker, hampir tiap tahun Angel sakit panas. Kupikir tadinya panas biasa saja. Namanya anak, sakit panas, kan, biasa. Tapi, lama-kelamaan tubuhnya makin kurus. Angel yang semasa TK masih gemuk, mulai kurus saat masuk SD. Makin susut lagi ketika menginjak kelas 2.

Januari silam, kembali Angel sakit panas. Kali ini cukup lama. Dari suamiku berangkat tugas ke India, hingga ia pulang awal Februari, panas Angel tak kunjung turun. Sepertinya bukan panas biasa. Kami lalu membawa Angel ke RS Mardi Rahayu, Kudus. Setelah cek laboratorium, ternyata leukositnya tinggi sekali. Hasil CT-Scan menunjukkan, di belakang lambung Angel terdapat tumor dengan diameternya sudah 8 cm.

Angel pun dirujuk untuk kontrol ke Prof Sumantri, ahli kanker dari RS Elizabeth Semarang. Sebagai manusia biasa, tentu aku gundah. Apalagi, Angel sempat diduga kena leukemia. Aku sampai menangis. Yang luar biasa, saat melihatku menangis, Angel langsung menguatkan, "Kenapa Ibu menangis? Ibu tidak boleh sedih." Ah, luar biasa. Segera kuseka airmata dan tidak kutunjukkan kecemasanku. Aku hanya menangis di hadapan Tuhan saat berdoa.

Oleh Prof Sumantri, Angel dinyatakan harus menjalani operasi pengangkatan tumor. Pagi menjelang operasi, Angel mengatakan tidak mau dioperasi. "Aku mau dioperasi Tuhan saja," katanya. Lho, kenapa? "Dokter tidak akan bisa, Bu, karena sudah lengket."

Semula aku tidak tahu makna ungkapannya. Aku berusaha menenangkan, "Kakak, Tuhan bisa memakai dokter untuk menyembuhkan sakit kakak." Terus terang saja, kami cemas selama menunggu operasi. Sampai akhirnya, usai operasi dokter mengatakan, "Terlalu berisiko bila tumor diangkat." Ternyata tumor sudah lengket di lima organ penting Angel seperti ginjal, pankreas, limpa, lever, dan aorta.

Akhirnya Prof Sumantri meminta Angel menjalani kemoterapi. "Kita sama-sama berdoa. Ini bukan kanker biasa. Ibarat teroris, ini gembongnya teroris." Sejak itu, mulailah Angel menjalani kemo. Dua minggu dirawat, Angel bisa pulang. Selanjutnya, Angel kemo di RS Mardi Rahayu atas delegasi Prof Sumantri.

(Adi sempat mencari tahu jenis kanker yang dialami anak sulungnya. Dari browsing di internet, bapak dua anak ini menemukan artikel tentang kanker jenis MPNST. "Ini jenis kanker yang paling serius dan langka. Selama 76 tahun, baru ada 20 kasus dan 60 persen menyerang pria dewasa. Jadi, yang dialami Angel sangat langka.)

<!-- .carousel-component { padding: 8px 16px 4px; margin: 0px; }.carousel-component .carousel-list li { margin: 4px; width: 84px; }.carousel-component .carousel-list li a { display: block; border: 1px solid rgb(226, 237, 250); }.carousel-component .carousel-list li a:hover { border: 1px solid rgb(170, 170, 170); }.carousel-component .carousel-list li div { border: 1px solid rgb(153, 153, 153); display: block; }.carousel-component .carousel-prev { position: absolute; top: 40px; z-index: 3; cursor: pointer; left: 5px; }.carousel-component .carousel-next { position: absolute; top: 40px; z-index: 3; cursor: pointer; right: 5px; } -->

KENANGKU....
Ttiap kali aku buka situs ini aku selalu meneteskan air mata.......

Aku berdiri di tepi jendela, aku pikir aku sudah terlambat. Tiba-tiba dia membuka matanya dan berkata kepadaku :
"Om..... Totok.....Sudah waktunya" lalu kuajak dia berdoa "Ya Bapa ya Abba, Engkau yang memberi kehidupan Engkau pula yang mengambilnya, hambaMu menyerahkan anakMu Angela ke dalam tangan kasihMu"

tidak ada 1 menit, nafasnya berhenti dengan pelan...

Selamat Jalan Angella.........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar